Muhlisinobee

Wong Ndeso Mabur neng Negorone Taekwondo

Temple Stay di Wolchongsa (월청사)

leave a comment »

Sekitar akhir bulan Agustus yang lalu, bersamaan dengan minggu terakhir liburan musim panas (Summer vacation), saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program 강원도 문화 큼프 atau semacam summer camp tentang kebudayaan propinsi Kangwon-Do, yang diadakan oleh universitas negeri propinsi Kangwon-Do (Universitas ini berbeda dan bukan Kangwon National University). Selama empat hari tiga malam, sekitar 15 mahasiswa asing yang berasal dari beberapa Universitas di Propinsi Kangwon-Do diperkenalkan dengan wisata budaya yang ada di Propinsi Kangwon-Do, khususnya di sekitar kota Gangneung. Kita diberikan kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata (yang menurut saya tidak begitu berhubungan dengan budaya) seperti situs rumah kuno salah satu tokoh confusianisme Korea kuno, museum kopi, penggembalaan domba di pegunungan daerah Pyeongchang, serta sebuah taman bunga masih di daerah Pyeongchang (Cerita detail akan saya ceritakan dalam postingan terpisah). Pada hari terakhir, kita dibawa ke sebuah Kuil/temple yang bernama Wolchongsa, dan kita diperkenalkan dengan kegiatan di kuil selama satu malam dalam rangkaian kegiatan “one night temple stay”. Dalam postingan kali ini akan sedikit saya ceritakan pengalaman saya selama semalam di Wolchongsa.

ImageImage

(Atas: Gerbang masuk kuil Wolchongsa, Bawah: Kuil utama di Wolchongsa)

Kita tiba di kuil pada sore hari. Setelah meletakkan barang perlengkapan di dalam kamar kita masing-masing, kita kemudian dibawa ke ruang meeting kuil, untuk diberikan penjelasan oleh biksu, mengenai kehidupan di kuil, dan jadwal kegiatan selama tinggal di kuil kita secara detail. Kita juga diajarkan cara bersembahyang para Budhist. Secara umum, cara sembahyang orang budha mirip dengan sujud-nya orang muslim. Orang budha bersembahyang dengan sujud sebanyak 3 kali, dimana dalam setiap sujudnya ditambah dengan gerakan tangan secara khusus (saya masih belum bisa menemukan kalimat yang pas untuk menjelaskan prosesi ini). Maksud dari biksu mengajarkan sembahyang ini adalah, karena besok pagi kita akan diajak sembahyang secara langsung di kuil, bersamaan dengan sembahyang rutinnya para biksu.

Setalah acara briefing kita dpersilahkan untuk makan malam di tempat makan kuil. Karena biksu adalah vegetarian, maka menu yang disediakan di dapur pun selalu menu non-daging, termasuk menu makan malam kami, yang hanya berupa nasi, kimchi, sayur rebus dan timun goreng tepung, pikir saya, untung masih ada gorengan (meskipun gorengan timun), kalau gak ada, makan malam ini akan sangat hambar. Setelah makan malam, kita diundang untuk minum teh oleh seorang biksu yang bukan asli korea, yaitu Biksu yang berasal dari India. Biksu ini sudah tinggal selama 6 tahun di kuil Wolchongsa, dan saat ini, biksu sedang kuliah di kampus khusus biksu yang ada di kota Jeonju (informasi baru, ternyata ada Universitas khusus biksu). Dengan ditemani secangkir teh, dan Tteok-manis (camilan khas korea) dan sepotong buah pir, acara ramah-tamah malam ini berlangsung hangat. Meskipun kemampuan bahasa inggris biksu tidak begitu bagus (meskipun dia dari india), dan dengan kemampuan bahasa korea beliau yang masih terbatas, diskusi tentang kehidupan kuil dan ajaran budha secara umum, berlangsung menarik. Banyak pertanyaan dari teman-teman foreigner, mulai dari alasan yang melatarbelakangi pilihan untuk hidup sebagai biksu, suka duka menjadi biksu, sampai pertanyaan ringan seperti filosofi berjalan biksu yang “seperti selalu memegang perut”, adakah kiblat atau kota suci umat budha, sampai organisasi kuil atau umat budha di Korea. Saya sempat sedikit berbeda pendapat dengan biksu mengenai terorisme yang selalu diidentikkan dengan umat muslim (mungkin biksu tidak menyadari kalau saya umat muslim, dan kayaknya maksud dari pernyataan biksu tidak menyerang muslim, hanya saja karena pemilihan kata, dan keterbatasan bahasa, makna yang kami tangkap berbeda), dan biksu ini mengambil contoh konflik di Rohingnya. Ada beberapa teman muslim yang sedikit kecewa dengan pernyataan biksu tersebut, tetapi karena keterbatasan bahasa yang dimiliki biksu, kami pun mengurungkan niat untuk membantah secara detail tentang pandangan biksu. Ramah tamah kembali dengan obrolan ringan, hingga akhirnya kami dipersilahkan untuk kembali ke kamar masing2 untuk istirahat karena besok pagi (subuh untuk umat muslim), akan diajak bersembahyang pagi.

(Atas: Ruang tidur selama temple-stay, Bawah: Suasa sembahyang pagi hari)

Image

ImageImage

 

(Bersambung……… )

Written by muhlisinobee

September 5, 2012 at 6:38 PM

Posted in All in one

Leave a comment