Muhlisinobee

Wong Ndeso Mabur neng Negorone Taekwondo

Archive for the ‘Jalan-jalan’ Category

Nami Island

leave a comment »

Nami island merupakan salah satu obyek wisata yang paling terkenal di daerah Chuncheon. Tepatnya, Nami island terletak di Gapyeong, sekitar 30 menit dari Chuncheon. Nami island sendiri, merupakan sebuah daratan kecil (pulau) yang terletak di tengah sungai yang cukup lebar. Nami island menjadi salah satu obyek wisata yang terkenal seantero korea, karena  ditempat inilah drama terkenal “Winter Sonata” mengambil lokasi shooting. Seiring dengan suksesnya drama “Winter Sonata” di jepang dan beberapa negara asia tenggara, Nami Island menjadi salah satu tujuan wisata yang sayang untuk dilewatkan oleh wisatawan manca (terutama pengemar drama winter sonata).

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Tempat pembelian tiket, 2-3-4) Antrian untuk masuk ke kapan penyeberangan).

Dari Seoul ataupun dari Chuncheon, Nami Island bisa dicapai dengan kereta  Gangchoen subway line/Seoul-Chuncheon dan turun di Stasiun Gapyeong. Dari stasiun bisa dilanjutkan dengan taksi (sekitar 4000 won), atau dengan bis (saya belum pernah mencoba). Selain dengan kereta, Gapyeong juga bisa dicapai dengan bis, turun di terminal gapyeong dan bisa dilanjutkan dengan taksi juga, dengan kisaran biaya yang kurang lebih sama. Setelah sampai di kawasan parkir Nami island, kita diharuskan membeli tiket untuk masuk ke Nami Island. Tiket setahun yang lalu seharga 8000 won, ini sudah termasuk tiket perahu penyeberangan. Jangan kaget kalau ada nama “embarkation, visa, paspor, dll”, itu hanya semacam istilah untuk tiket, dll. Soalnya, obyek wisata Nami Island juga biasa memproklamasikan diri sebagai Nami Nara (Negara Nami).

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Kapal merapat ke dermaga, 2-3) Suasana di dek kapal. Bisa juga masuk ke dalam kabin kapal, tetapi kurang bisa menikmati pemandangan, 4) Pemandangan di tepi sungai, dilihat dari dek kapal).

Pada saat weekend, hari sabtu-minggu, antrian untuk masuk ke kapal penyeberangan bisa sangat panjang, terutama weekend saat musim gugur. Karena memang Nami Island mempunyai daya tarik yang luar biasa, yaitu daun mapple berwarna merah-orange dan daun enheng-namu (Bank-tree ???) yang berwarna kuning cerah. Tapi meskipun harus antri, tidak sampai lebih dari 30 menit, karena disediakan 2 kapal penyeberangan yang silih berganti, mungkin sekitar 10 menit jarak antar keberangkatan kapal. Penyeberangan sendiri memakan waktu sekitar 10-15 menit, tidak lama memang, karena hanya menyeberang sungai yang gak terlalu lebar, artinya kita masih bisa melihat tepian sungai dari seberang sungai lainnya.

    

    

(Pemandangan musim gugur di Nami Island).

Setelah sampai di dermaga Nami Island, kita bisa langsung menikmati suasana sejuk-asri khas taman. Nami island dipenuhi dengan pohon-pohon besar dan berbagai macam bunga. Untuk menimati atau berkeliling pulau ini, kita bisa berjalan kaki, atau bisa juga menyewa sepeda, sepeda tandem atau bahkan semacam becak untuk satu keluarga. Ada juga semacam mobil safari untuk berkeliling. Pulau ini juga dilengkapi dengan toko serba ada dan souvenir. Apabila anda merasa lapar saat berkeliling, ada food court juga di tengah area Nami Island. Pada waktu tertentu ada event-event khusus atau exibisi tematik yang diadakan pengelola, seperti festival masakan asia tenggara, festival afrika, dll. Dengan uang 8000 won, tidak rugi dengan suasana yang bisa dinikmati di Nami Island. Tetapi, sangat disarankan untuk datang pada musim gugur (sekitar bulan oktober), dan tidak disarankan datang pada musim panas. Karena pada musim panas, hanya akan ditemu pohon2 hijau, yang tentu saja bagi kita dari negara tropis tidak ada khas-nya.

     

(Pemandangan musim gugur di Nami Island)

Written by muhlisinobee

March 12, 2012 at 10:51 PM

Posted in Jalan-jalan

Soyang Dam-Chuncheon

leave a comment »

Soyang dam, merupakan salah satu obyek wisata terkenal di kota Chuncheon, ibukota propinsi Kangwon-do. Kota Chuncheon sendiri, seperti yang sudah saya jelaskan sedikit di postingan awal saya, terletak di sebelah timur laut Kota Seoul. Cara paling mudah adalah dengan menggunakan subway GangChoen lain dari stasiun sangbung di Seoul, dan turun di Namchuncheon (Kangwon National University) atau Chuncheon station. Dari pusat kota Chuncheon (Myongdong), bisa naik bis jalur sebelas dan turun dipemberhentian terakhir di Soyam Dam.

(Soyang Dam saat musim gugur)

Soyang dam merupakan waduk yang dibangun di sebelah utara kota Chuncheon, dengan bis bisa dicapai dalam waktu 30 menit. Waduk ini terletak di cekungan yang ada di dataran tinggi (lebih tinggi dari kota chuncheon) dan dikelilingi oleh pegunungan. Selain sebagai pembangkit tenaga listrik, waduk ini juga digunakan sebagai sumber air minum bagi warga di kawasan sekitar Chuncheon. Waduk ini, akan dibuka beberapa kali dalam setahun, biasanya saat musim panas, dimana curah hujan relative banyak. Aliran ini juga digunakan sebagai pengairan kawasan pertanian di sekitar Chuncheon. Apabila kita berkunjung ke soyang dam kita tidak hanya bisa melihat waduk, tetapi kita juga bisa menikmati jajanan yang ada di kawasan waduk. Makanan yang dijual biasanya merupakan makanan ringan, seperti ikan goreng tepung, udang goreng, berbagai kerang, dll. Selain itu, di ujung sebelah barat dari waduk, terdapat sebuah bangunan edukasi yang terdiri dari beberapa lantai. Di sana, kita bisa melihat sedikit informasi mengenai waduk soyang ini, dan juga banyak panel edukasi yang berhubungan dengan pengairan. Tempat ini sangat cocok untuk memberikan edukasi singkat bagi anak-anak.

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Penjaja makanan di sepanjang jalan samping waduk, 2) Pintu air waduk, dibuka hanya beberapa kali setahun, 3) Panel pengairan, 4) Dok kapan).

Obyek wisata di Soyang dam, tidak hanya pemandangan waduk ini saya. Anda bisa juga menikmati berperahu mengelilingi waduk. Pihak pengelola menyediakan jasa perahu terjadwal untuk berkeliling. Saya sendiri belum pernah naik course ini, tetapi kalau tidak salah ingat satu orang sekitar 10-12 rb won.

Selain course berkeliling waduk, ada satu obyek wisata lagi yang tidak boleh anda lewatkan apabila berkunjungan ke Soyang dam. Di seberang waduk, terdapat sebuah kuil yang cukup terkenal, yaitu kuil Cheongpyongsa. Kuil budha ini berada di atas bukit di seberang waduk, sehingga kita harus menaiki perahu terlebih daulu untuk sampai ke seberang tepian, dan dilanjutkan dengan jalan kaki menaiki lereng yang tidak terlalu terjal sekitar 30 menit. Biaya perahu adalah 5000 won untuk satu orang sedangkan untuk masuk ke kuil Cheongpyongsa dipungut biaya 1000 won. Pada hari-hari libur, banyak sekali orang yang berkunjung ke kuil ini, jadi jangan heran apabila anda harus mengantri cukup lama untuk bisa naik ke perahu. Tiket yang anda beli, sudah termasuk tiket kembali dari kuil Cheonpyongsa (round tiket). Perlu dicatat, jadwal perahu terakhir dari Cheongpongsa adalah pukul 7pm.

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Suasana di atas perahu untuk menyeberang ke kuil Cheongpyongsa, 2) Pintu masuk kuil, 3) Salah satu bangunan kuil, 4) Bagian dalam kuil).

Dari dek pemberhentian perahu, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki jalan setapak (selebar ukuran mobil), dengan trek sedikit menanjak. Untuk mengunjungi kuil Cheongpyongsa, sangat dianjurkan pada musim gugur. Selain suhu udara tidak terlalu panas (seperti pada saat summer) dan tidak terlalu dingin (seperti pada saat winter), dengan mengunjungi kuil Cheongpyongsa pada musim gugur kita bisa menikmati pemandangan warna-warni khas musim gugur. Mulai dari pohon mapple dengan warna merah atau orange, hingga pohon-pohon biasa dengan daun berwarna kuning menjelang gugur. Suasa romantis sedikit dramatis mungkin bisa kita rasakan selama perjalanan. Hampir mendekati kuil, disebelah kanan jalan bisa ditemukan sebuah air terjun. Tidak terlalu tinggi memang, tetapi pemandangannya cukup bagus, sehingga banyak pengunjungan yang berhenti sejenak untuk mengambil gambar. Apabila berkunjung pada musim dingin, air terjun ini akan membeku, dan kita bisa berjalan di permukaan sungai di sekitar air terjun.

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Pemandangan waduk dari dalam perahu, 2) Jembatan menuju kuil, 3) Air terjun di sisi jalan menuju kuil, 4) Daun mapple khas musim gugur).

Written by muhlisinobee

February 25, 2012 at 5:36 PM

Posted in Jalan-jalan

Istana Gyongbokgung

leave a comment »

Istana Gyongbokgung merupakan salah satu tempat wisata pertama yang saya kunjungi di Korea. Alasannya sederhana, karena drama. Ya…, karena drama. Mungkin bagi para pecinta drama kolosal Korea, istana Korea merupakan salah satu tempat yang sangat menarik. Sebut saja drama “Jewel in the palace” atau Dae Jang Geum. Drama ini merupakn salah satu drama Korea paling popular di dunia, dan mungkin berkat drama inilah kebudayaan Korea menjadi lebih terkenal (terutama makanan traditional dan pakaian traditional), dan berkat drama ini pula bermunculan beberapa drama korea lainnya di asia, dan sebagai puncaknya, drama korea membanjiri televis-televisi di Asia beberapa tahun belakangan ini. Dan…, karena drama ini pulalah saya menjadikan Gyongbokgung sebagai tujuan pertama yang harus saya kunjungi setelah saya menginjakkan kaki di negeri ginseng ini.

(Pintu gerbang Gyongbokgung)

Istana Gyongbokgung terletak di jantung Kota Seoul. Sangat dekat dengan Kantor pusat kota seoul, insadong (pusat belanja), Gwanghwamun (museum hangeul), toko buku terbesar di Korea kyobo, serta tidak jauh dari Hulu sungai Cheonggyechon, sungai kecil yang membelah kota seoul yang sangat terkenal. Untuk masuk kawasan ini, dipungut biaya 3000 won, dan kalau tidak salah hari senin kawasan ini ditutup untuk umum. Kawasan Gyongbokgung sendiri cukup luas, terdiri dari beberapa bagian. Kalau harus disegmentasi, secara garis besar, mungkin bisa dibagi menjadi 4 bagian.

Bagian utama, bisa dilihat secara langsung setelah memasuki pintu utama. Terdapat semacam lapangan yang luas, dengan bangunan utama yang cukup besar di ujung lapangan ini. Kalau merujuk pada drama-drama kolosal Korea, ruangan besar ini merupakan kantor dari raja dan merupakan tempat rapat raja dengan menteri-menteri utama. Sedangkan lapangan di depannya, biasa digunakan untuk semacam pertunjukkan ataupun audiensi dengan pejabat-pejabat dengan level menengah. Di belakang dari gedung utama ini, terdapat banyak bangunan-bangunan lebih kecil yang mana saling berdekatan. Jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain tidaklah terlalu lebar, mungkin bisa diibaratkan perumahan umum saat ini. Secara detail, saya sendiri kurang begitu tahu tentang fungsi dari kamar-kamar ini, tetpai dilihat dari perabot yang ada di dalam ruangannya, beberapa bangunan mempunyai fungsi spesifik, seperti ruang membaca, ruang keluarga raja, dsb.

  

   

(Bagian pertama, dari kiri ke kanan: 1) Hall utama dengan lapangan di depannya, 2) Hall utama tampak dari samping, 3) Bagian dalam dari Hall utama berisi kursi kebesaran raja, 4) Bangunan-bangunan kecil di belakang Hall utama).

Bagian kedua, berada di sebelah kiri dari bangunan utama. Bagian ini terpisahkan oleh dinding (pagar) yang mengelilingi bangunan utama. Pada bagian kedua ini, terdapat satu kolam yang cukup besar, dimana terdapat bangunan panggung di tengah danau. Mungkin, bangunan ini merupakan tempat rekreasi atau tempat bersantai raja dan keluarganya. Di samping kolam tersebut, terbentang taman kerajaan. Karakteristik dari kolam ini (seperti halnya alam di korea yang berubah sesuai musim), di musim panas, kolam terlihat jernih dengan bunga teratai yang mengapung di tengah. Berbagai jenis ikan dengan berbagai warna dapat terlihat karena air kolam yang jernih. Sebaliknya, pada musim dingin, kolam akan membeku dan berwarna putih karena tertutup salju.

      

(Bagian kedua, dari kiri ke kanan: 1) Lorong antara bagian pertama dan kedua, 2) Tepian danau, 3) Bangunan panggung di tengah danau, 4) Kastil di tepian danau).

Bagian ketiga, berada di belakang bagian pertama (utama) dan bagian kedua (kolam). Bagian ini relative sangat luas, berisi hamparan taman berumput hijau, dengan beberapa bangunan yang berada di ujung belakang. Bangunan ini sedikit berbeda dengan bangunan di bagian utama, dimana di bagian ini antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain dipisahkan dengan tembok dengan lorong berpintu yang cukup banyak. Sedangkan di bagian sebelah kanan dari bangunan-bangunan ini, terdapat sebuah kolam kecil, yang mana terdapat sebuah kastil di tengah kolam. Jembatan kayu yang menghubungkan kastil di tengah kolam dengan tepian kolam, menambah indah pemandangan dan menambahkan kesan kuno, karena memang terbuat dari kayu. Jangan harap anda bisa memasuki kastil tersebut, karena terdapat papan larangan untuk memasuki kastil, bahkan untuk menaiki jembatan pun dilarang. Di tambah lagi, banyaknya bunga teratai yang menutupi permukaan kolam, menambah kesan “oriental” yang kental. Kastil ini sering dijadikan lokasi syuting drama-drama kolosal, dan biasanya tempat ini identik dengan adegan raja bertemu permaisuri, atau dalam bahasa sekarang raja “nge-date” dengan permaisuri.

   

  

(Bagian ketiga, dari kiri ke kanan: 1) Bangunan kuno yang terpisahkan oleh lorong dan tembok, 2) Pintu masuk bangunan, 3) Danau dengan kastil di tengahnya, 4) Bagian atas dari museum).

Bagian keempat dari kawasan Gyongbokgung adalah The National Folk Museum of Korea. Tentu saja bagian ini secara historis terpisah dari bagian Istana. Museum ini sangat modern, sangat kontras dengan bagian istana yang lain yang masih dijaga kesan “kekunoannya”. Museum ini berisi banyak sekali koleksi benda-benda traditional. Hampir di setiap kota di Korea, mempunyai museum masing-masing, dengan koleksi yang hampir sama di seluruh korea. Museum ini, meskipun bukan yang terbesar di Korea, menurut saya museum ini merupakan salah satu yang terbaik. Bagian dalam museum ditata dan dikemas sedemikian rupa, sehingga terlihat sangat artistik, modern, tanpa mengurangi nilai sejarah dari barang koleksi yang dipajang. Jangan dibayangkan museum di korea mirip dengan museum di indonesia yang terkesan kuno, seram dan agak sepi pengunjung. Musium ini bersih, modern, dengan banyak sentuhan digilasisasi di sana-sini. Hampir setiap akhir pekan, banyak sekali rombongan anak-anak SD yang didampingi satu dua orang guru sejarah, melakukan kunjungan ke museum ini, dan dengan antusias, anak tersebut mendengarkan penjelasan dari guru mereka. Tanpa ada rasa bosan dan lelah, karena memang museum ini dirancang sedemikian rupa sehingga terkesan sangat menarik.

  

  

(Bagian keempat/Museum, dari kiri ke kanan: 1) Pintu masuk museum, 2) Antusiasme anak-anak yang berkunjung ke museum, 3) Koleksi pakaian traditional korea (Hanbok) lengkap dengan manekinnya, 4) Settingan ruangan Korea jaman dahulu).

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Gyongbokgung, silahkan untuk mengnjungi website resmi :

1. http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_1_1_1.jsp?cid=264337

2. http://www.lifeinkorea.com/travel2/seoul/66/

Written by muhlisinobee

February 24, 2012 at 4:07 PM

Posted in Jalan-jalan

Namsan Tower (Seoul-N Tower)

leave a comment »

Namsan tower dikenal sebagai salah satu icon atau landmark-nya Korea selatan khususnya Seoul. Terletak di sebuah bukit (bukit Namsan, dan dari nama bukit inilah nama “Namsan tower” berasal) yang berada tepat di jantung kota seoul, Namsan tower merupakan salah satu obyek wisata yang harus dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Seoul. Karena terletak di pusat kota, Namsan tower sangat mudah dijangkau dari beberapa tempat tujuan wisata utama kota Seoul, seperti Seoul Myongdong dan Namdaemun.

(Namsan Tower)

Karena berada di atas bukit, untuk sampai ke Namsan tower tidaklah mudah, karena kita harus mendaki bukit yang cukup tinggi. Tapi, bukan Korea namanya kalau tidak bisa mengatasi kesulitan itu, dan mengemas sedemikian rupa, sehingga yang awalnya naik ke Namsan butuh usaha keras, kini justru malah menjadi daya tarik tersendiri. Untuk bisa sampai ke Namsan tower, ada beberapa alternative cara yang bisa ditempuh. Bisa menggunakan bis atau taksi dari beberapa tempat yang berada di bawah Namsan tower, meskipun tidak bisa sampai langsung di depan Namsan tower, tetapi bis, taksi atau mungkin mobil-mobil pribadi lainnya bisa naik hingga sekitar 100 meter dari Namsan tower. Saya pribadi belum pernah menggunakan bis, tetapi saya pernah memakai taksi hingga shelter terdekat dengan namsan. Tentu saja, karena dengan taksi relative lebih nyaman, kita juga harus merogoh kocek lebih dalam. mungkin sekitar 5000 won dari Myongdong.

Selain dengan taksi, ada cara spesial yang menjadi ciri khas Namsan tower, yaitu kereta gantung. Dengan berjalan naik sekitar 200m dari Myongdong (dari pintu utama Myongdong, dekat Uniqlo, menyeberang jalan, kemudian langsung naik ke arah Namsan melalui jalan kecil), kita bisa menemukan stasiun kereta gantung. Dengan membayar 10.000 won, kita bisa merasakan sensasi naik kereta gantung di atas kota Seoul, meskipun todak lama, tidak sampai 10 menit. Tiket kereta gantung ini berlaku untuk naik-turun. Apabila kita beruntung, kita bisa langsung naik kereta ini tanpa harus menunggu lama, akan tetapi tidak jarang kita harus menunggu hampir 30 menit untuk bisa menaiki-nya.

   

(Kiri: Stasiun kereta gantung, kanan: Kereta gantung)

Untuk anda yang suka mendaki gunung, suka berolah raga, atau hanya sekedar ingin menghemat pengularan, naik ke namsan tower dengan berjalan kaki juga tidak kalah menyenangkan. Dari stasiun kereta gantung, kita hanya perlu menyeberang jalan dan mengikuti jalan pendakian yang sudah disiapkan. Bukan korea namanya, kalau mereka tidak bisa mengemas trek pendakian dengan baik. Jalannya halus pada awalnya (aspal), yang kemudian diikuti dengan tangga. Jangan khawatir semua papan petunjuk disiapkan dengan baik, sehingga tidak mungkin tersesat. Dari Myeongdong, mungkin bisa memakan waktu 30menit sampai 1 jam, tergantung kecepatan berjalan. Saya pribadi sangat menikmati alternative yang ketiga ini. Naik ke Namsan tower melalui jalur pendakian, kita bisa menikmati pemandangan kota Seoul selama penanjakan. Sangat direkomendasikan untuk naik mendaki pada musim gugur. Meskipun agak dingin, tetapi dengan mendaki pada saat musim gugur, kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah, dengan daun berwarna-warni khas musim dingin.

     

(Dari kiri ke kanan: 1) Kereta gantung dilihat dari bawah pohon mapple, 2) Tangga jalur pendakian, 3) Warna-warni indah di kanan kiri jalur pendakian, dan banyaknya para pendaki gunung, 4) Pemandangan kota seoul).

Secara garis besar, Namsan tower ini dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bagian bawah (dasar) dan bagian puncak (observatorium). Di bagian dasar terdapat Korean restaurant, cafe, serta beberapa toko souvenir. Di samping kanan dan kiri Namsan tower, terdapat banyak sekali gembok, gantungan kunci, dengan berbagai bentuk, termasuk bentuk hati dengan warna dan ukuran beragam. Di sini memang disediakan space bagi para pengunjung untuk menggantungkan gembok dan gantungan hati, tidak hanya itu pengunjung juga bisa menuliskan kata-kata sesuai keinginan mereka. Bisa sebagai bentuk kenang-kenangan kalau pernah mengunjungi tempat tersebut, atau bahkan sebagai ungkapan tanda cinta kepada pasangan masing-masing. Pada tahun 2009, space untuk gembok kunci hanya ada di sebelah kanan Namsan Tower, tetapi karena semakin banyak pengunjung yang ingin menggantungkan gembok dan gantungan bentuk hati, pengelola namsan menambahkan space untuk gantungan ini di sebelah kiri dengan bentuk pohon cemara. Jangan khawatir, apabila anda ingin menggantungkan gembok dan gantungan hati, tetapi anda lupa untuk membawa sendiri, anda bisa membelinya di counter sovenir di lantai bawah, dengan harga sekitar 5000 won untuk gantungan hati. Untuk menuliskan, anda juga bisa membeli pen warna-warni di toko tersebut.

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Space untuk menggantungkan kunci gembok dan kursi khas Namsan, 2) Gembok dan gantungan bentuk hati lengkap dengan kata-katanya, 3) Close up gantungan bentuk hati lengkap dengan kata-katanya, 4) Free performance yang sering ada di teras depan Namsan tower).

Bagian atas adri Namsan tower, menurut saya merupakan bagian yang paling menarik. Serasa belum ke Namsan tower kalau belum naik ke observatorium. Dengan membayar 8000 won untuk dewasa, 3000 won untuk anak-anak, dan 5000 won untuk manula, kita bisa naik ke observatorium dengan menggunakan elevator dan bisa menikmati pemandangan kota Seoul. Salah satu hal yang menarik ketika kita berada di observatorium adalah, karena bentuknya yang bulat, hampir di setiap sisi kaca terpampang tulisan beberapa kota besar yang ada di dunia termasuk jarak kota tersebut dari kota seoul. Tulisan kota tersebut, ditempatkan melingkar, sesuai dengan arah kota dari Namsan tower. Biasanya, para wisatawan asing yang datang ke Namsan tower akan berfoto di depan tulisan kota mereka. Selain itu, di dalam observatorium bisa kita temukan pula toko souvenir yang menjual barang-barang khas namsan. Apabila, rasa lapar datang saat anda menikmati observatorium, satu lantai di bawah observatorium terdapat sebuah restoran yang terlihat eksklusif. Selain itu, di salah satu sisi dinding di bagian tengah, anda bisa menempelkan kotak kayu di dinding dengan sebelumnya menuliskan kata-kata seperti halnya yang bisa dilakukan pada gembok dan gantungan hati. Anda bisa membeli papan kayu tersebut di dalam toko souvenir yang ada di dalam observatorium. Cukup mahal memang, 8000 won untuk satu kotaknya. Setelah anda di observatorium, jangan langsung bergegas untuk turun, nikmati waktu sepuasnya. Nikmati pemandangan kota di semua penjuru mata angin.

  

  

(Dari kiri ke kanan: 1) Gate untuk masuk ke elevator dan naik ke observatorium, 2) Pemandangan kota Seoul dari observatorium, 3) Tulisan negara, kota dan jaraknya dari Namsan tower. Tulisan ini melingkar di penjuru dinding kaca observatorium, 4) Stiker kayu kotak lengkap dengan tulisan).

(Namsan tower dilihat dari bawah saat musim gugur)

Written by muhlisinobee

February 15, 2012 at 4:26 PM

Posted in Jalan-jalan